Jumat, 08 Mei 2015

Transformasi Kertas ke Kain

Selamat sore / pagi / siang / malam / subuh! Yak, langsung lanjut ke urusan pertama perbaikan Bumi kita ya.

Topik ini asyik nih.

Asyik? Yap. Judulnya: Kehidupan yang Diubahkan. Hahahaha! Bukan, saya bukan mau ngasih kesaksian hidup yang epik, atau kisah drama bagai novel mendayu.  Ini cuma mau bahas pembalut kain.





PEMBALUT KAIN.

Seriusan.  Cuma itu.  Benda ajaib yang sepintas seakan cuma bikin kita balik ke zaman nenek-nenek.
Kenapa bukan bicarain pembalut kertas inovatif yang teknologinya makin aduhai? Ada wanginya, nggak tembus kanan, kiri, ada desain bunga-bunganya, dan sebagainya? Karena saya lagi nggak mau ngomongin calon limbah-waktu-singkat.  Iya kan, kita cuma pakai beberapa jam, lalu kita buang. Degradasinya ratusan tahun.  Udah, udah, tetep aja saya omongin. :p

Sebagai pembuka, itu saya beri foto samudera yang bersih di pinggir pantai Desa Nyanyi untuk tahu tujuan kita: laut bersih, Bumi bernafas lega.  Aslinya, di daerah laut tersebut banyak sampah bertebaran. Sedih kan? Bayangkan kalau zona kecil yang cling itu ketularan ketiban limbah seabreg...

Nah. Seperti yang sudah saya kasihtau di posting ini, sejak 2013 awal, saya mengganti pembalut kertas dengan yang kain.  Alias cloth menspad.  Demi apa? Baca ulasannya di posting yang itu, deh. :D

Kenapa saya bahas lagi? Supaya cewek-cewek Indonesia makin berani ganti? Iya.  Simpel kan? Tapi saya akan cerita dulu agak panjang tetap petualangan mengenakan pembalut kain yang akan mengubah akhlak, jiwa, dan raga. #pfft

Oke. Pertama-tama, ketahuilah bahwa memakai pembalut kain itu...RIBET. Asli.  RIBET.  Saya nggak bohong.  Harus dicuci bersih, dijemur, kalau musim hujan nggak kering-kering, cucinya harus pakai substansi tertentu biar nggak rusak.  Dilarang setrika.  Kalau nodanya nggak bersih-bersih putus asa...ya, pokoknya ruwet.

Tapi kepusingan itu, kalau kalian konsisten, bakal bertahan cuma dua-tiga bulan pertama.  Maksimal 7 hari sebulan doang.  Dan mungkin 2-3 hari saja dalam periode dapet kita.  Karena yang rumit kan hari-hari pertama ketika 'sedang banyak-banyak'nya. :D

Saya pun gitu.  Bulan pertama antusias.  Eh nggak tahunya cucinya susah.  Hmm, ada merek-merek tertentu yang cucinya lebih mudah, tapi tetep aja kalau isinya banyak, butuh waktu lebih lama.

Cuma gini.  Lama-lama, kalian akan mulai bisa ngikuti irama tiap pembalut.  Kayak saya, kalau lagi banyak di hari-hari awal, selalu pilih yang Cluebebe dan GreenNappy.  Mereka cukup besar dan mudah dicuci.  Nanti kalau sudah medium, pakai Baby Oz dan Kiss yang bisa ditambahin lapisan kedua kalau ternyata banyak atau lama dipakainya.

Untuk dibawa ke mana-mana, saya pilih yang mungil, tipis, dan gampang dicuci.  Yaitu merek Ziggie-Zag. Total pembalut kain saya ada 9 biji dan itu lebih dari cukup.  Jumlah tersebut saya perhitungkan berdasarkan cuaca.  Kalau musim hujan, otomatis lama keringnya.  Jadi perlu cadangan.

Yang mesti dicatat: sejak pakai pembalut kain, jadwal 'dapet' saya stabil. Kalau biasanya agak geser sana-sini dan lama banget, sekitar 4-5 hari masih agak banyak, sekarang sih, 2 hari pertama banyak, sisanya dikit dan selesai di hari ke 5.  Dengan konsisten tiap bulan.  Asli.  Dan tidak ada rasa tak nyaman secara fisik.

Nah, kalau kalian ribet di awal, itu wajar.  Transformasi apa sih yang gampang? Belajar buang sampah di tempatnya aja mesti dibiasakan selama sepuluh tahun pertama dalam kehidupan seorang bocah.  Karena kita sudah besar, ya semoga lebih mudah terbiasa pakai cloth menspad. :)

Oke.  Sejak pakai pembalut kain, sifat saya agak berubah, sih.  Bukan jadi nggak sabaran karena pas dapet ribet, tapi, saya punya tanggung jawab lebih. Sehingga saya mengenali diri saya lebih daripada sebelumnya. Saya tahu kapan saya akan 'dapet' dan selalu mempersiapkan diri.  Saya jadi sayang sama badan sendiri.  Terpancing untuk hidup lebih sehat, lebih kalem, lebih bijaksana.  Kalau dapet, saya mengatur waktu lebih baik agar punya tempo untuk mencuci. Bahkan hal ini merembet ke hal lain.  Nanti kita obrolin di posting-posting berikutnya. ;)

Terus, yang paling penting dari segala racauan ini, sampah harian bulanan kita berkurang jauh! Bayangkan kalau dalam 7 hari kita menstruasi, memakai pembalut kertas biasa. Misal 3 hari pertama, tiap harinya kita memakai 4 pembalut (dihitung kalau ganti, ya!).  Kemudian di sisa hari, anggaplah 4 berikutnya, kita membuang 2 pembalut per hari. Nah, total yang kita habiskan setiap bulan: 12 + 8 = 20 bongkah pembalut.  Okelah, kalau kita bukan tipe gonta-ganti tiap beberapa jam, mungkin 6 + 8 = 14.  Tetap saja banyak! Belum plastik pembungkusnya yang tebal itu.  Dan kalau buang pembalut kan kita bungkus lagi pakai koran dan keresek. Kira-kira kita membuang sampah seukuran pesawat telepon jadul tuh tiap bulan.  Materinya plastik, kertas, dan gel penyerap (tergantung merek). Alias menambah potensi kasus penyu/ paus/ lumba-lumba keselek di laut. Masih tega ngebayanginnya? Daaaan...uang kita melayang ke mana tuh setiap bulan? Beli barang yang kita buang juga ujung-ujungnya? 20.000an setiap bulan, setahun keluarin uang 240.000 buat dibuang? :p

Sementara, jika punya pembalut kain, mungkin sekali beli misalnya 4 buah, kita akan menghabiskan sekitar 120.000 Rupiah. Harga beda-beda tiap merek. :) Tetapi, 120.000 itu berlaku untuk dua-tiga-bahkan empat tahun! Atau lebih kalau kalian merawatnya dengan baik, bisa lebih dari lima tahun. Pembalut kain saya, umurnya sudah jalan 3 tahun dan sangat bagus kondisinya. ;)  Kita tidak buang sampah epik selama bertahun-tahun setiap bulan, dan hemat.  Plus lebih sehat.  Ya ampun, kurang apa lagi? :))

Oke, saran saya untuk wahai kalian yang baru memulai atau sudah rencana memulai perubahan: TAKE IT EASY. Jangan ngoyo dan kacau balau sama emosi.  Saya juga nggak langsung sempurna lho.  Bulan-bulan pertama, saya masih selang-seling sama pembalut kertas.  Kalau lagi nggak keburu nyuci, saya pakai pembalut kertas. Hihihihi.  Dulu manajemen waktunya buruk. Dan kalau pembalutnya nggak kering, saya juga beralih.  Lama kelamaan, saya tidak lagi membeli pembalut kertas.  Iya! :D Jangan takut buat nggak menyiapkan pembalut kertas di rumah.  Bahkan ketika bervakansi.  Sudah dua kali saya liburan dan dapet pas di tempat.  Singapura dan Bali. Selama ada kamar mandi, sabun cuci, dan berdiskusi dengan teman pergi kita bahwa kita akan menjemur pembalut, kita bakal selamat!

Nah, karena hari sudah siang, kita jeda dulu di sini.  Postingan berikutnya, yip yip, kita obrolin hal-hal baik lainnya. :) Silakan mulai lihat-lihat toko pembalut kain (dan cloth diaper bagi para ibu) dan putuskan untuk punya 3-4 sebagai awal.  Atau langsung stok 7 boleh. Betulan untuk dipakai menggantikan pembalut kertas, lho, bukan gaya-gayaan doang atau lapar mata! :D

Selamat Hari Sabtu! ;) 









2 komentar: